Kamis, 21 Januari 2010

Sambutan Ketua DPC PKB Majalengka dalam Acara Renungan 7 hari Wafat Gus Dur


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hadlratul Mukarramin para masyayikh, para kyai, para sepuh pini sepuh..wabil khusus Almukarram KH. Mukhlas Dimyati dari Gedongan Cirebon, Al-Mukarram DR. KH. Ahmad Sarkosi Subki, Wakil Ketua Dewan Syura DPW PKB Jawa Barat

Yth. Bapak Ketua DPRD Majalengka beserta para anggota Dewan yang hadir pada kesempatan ini
Yth. Bapak Wakil Bupati Majalengka beserta para pejabat pemerintah kab. Majalengka yang hadir pada kesempatan ini
Yth. Para Pengurus PCNU Kab. Majalengka, para pimpinan Badan otonom, Lembaga dan Lajnah di Lingkungan PCNU Kab. Majalengka
Yth. Para pimpinan Organisasi kemasyarakatan, Organisasi Sosial Politik, LSM dan rekan-rekan pers
Yth. Al Mukarram Ketua Dewan Syura DPC PKB Majalengka beserta jajaran Dewan Syura, Rekan-rekan pengurus DPC PKB Kab. Majalengka, Para Pengurus DPAC PKB-MWCNU se-kabupaten Majalengka
Bapak-bapak, ibu-ibu, hadirin hadirat undangan yang kami hormati.
Hari ini alhamdulillah kita dapat berkumpul menghadiri acara peringatan hari ke-7 Wafatnya almukarram almaghfurlah KH. Abdurrahman Wahid, guru bangsa, Presiden RI ke-4, bapak demokrasi dan pahlawan kita semua.
Tentunya dalam acara ini, dengan bacaan yasin dan tahlil yang akan kita baca secara bersama-sama, kita mendoa’akan agar arwah beliau ditempatkan oleh Allah SWT pada tempat yang mulya di sisi-Nya, amin.
Selain itu, dengan acara ini mari kita sejenak kembali mengenal sosok Gus Dur yang sesungguhnya. Sosok kyai sekaligus negarawan yang humanis, humoris, pluralis yang sikap dan langkahnya dikenal oleh sebagian orang penuh dengan kontroversi. Tentunya sebagai manusia biasa, kesalahan dan kekhilafannya kita maafkan dan kita jauhi. Sedangkan kebaikan dan kelebihannya mari kita ikuti dan dijadikan contoh tauladan bagi kita semua.

Hadirin hadirat yang kami hormati

Kepergian Gus Dur adalah sebuahi kehilangan yang tak terperi. Tapi diam-diam kami merasakannya seperti formalitas saja. Ketuk palu atas sesuatu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kehilangan yang sesungguhnya telah terjadi dua belas tahun yang silam, ketika suatu hari kamar mandi kantor PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), di Kramat Raya Jakarta, tak kunjung terbuka. Kamar mandi itu terkunci dari dalam dan Gus Dur ada didalamnya. Orang-orang menggedor-gedor pintu, tak ada sahutan. Ketika akhirnya pintu itu dijebol, orang mendapati Gus Dur tergeletak bersimbah darah muntahannya sendiri. Itulah strokenya yang pertama dan paling dahsyat, yang sungguh-sungguh merenggut kedigdayaan fisiknya.
Sebelum malapetaka itu, Gus Dur adalah sosok “pendekar” yang nyaris tak terkalahkan. Pada waktu itu, tak ada yang tak sepakat bahwa beliau adalah salah satu tumpuan harapan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Tapi ketika akhirnya memperoleh kesempatan menakhodai bangsa ini, keruntuhan fisik telah membelenggu beliau sedemikian rupa sehingga gelombang pertempuran yang terlampau berat pun menggerusnya. Kami tak pernah berhenti percaya bahwa seandainya yang menjadi presiden waktu itu adalah Gus Dur sebelum sakit, pastilah hari ini Indonesia sudah punya wajah yang berbeda, wajah yang lebih cerah dan lebih bersinar harapannya.
Kami telah menjadi pengagum berat Gus Dur dan mendaulat diri kami sendiri sebagai murid beliau. Tapi memang Gus Dur telampau besar untuk kami, sehingga kami tak pernah mampu menangkap secuil pemahaman yang berarti dari ilmunya, kecuali senantiasa terlongong-longong takjub oleh gagasan-gagasan dan tindakan-tindakannya.
Saat beliau menjadi presiden, orang-orang mengecam kegemarannya berkeliling dunia, mengunjungi negara-negara yang dalam pandangan umum dianggap kurang relevan dengan kepentingan Indonesia. Namun kami justru melihat daftar negara-negara yang beliau kunjungi itu identik dengan daftar undangan Konferensi Asia-Afrika.
Berhasil mengekspor sekian ratus ribu ton kedelai ke Amerika setiap tahunnya, sedangkan kita mengimpor lebih separuh jumlah itu, dari Amerika pula. Maka Gus Dur datang ke Rio De Janeiro ingin membeli langsung kedelai dari sumbernya tanpa makelar Amerika. Venezuela mengipor seratus persen belanja rempah-rempahnya dari Rotterdam, sedangkan kita mengekspor seratus –persen rempah-rempah kita kesana. Maka presiden Gus Dur menawari Hugo Chavez untuk membeli rempah-rempah langsung dari kita. Gus Dur mengusulkan kepada Sultan Hasanal Bolkiah untuk membangun Islamic Financial Center di Brunaei Darussalam, lalu melobi negara-negara Timur Tengah untuk mengalihkan duit mereka dari bank-bank di Singapura agar ditanamkan di Islamic Financial Center
Barangkali pikiran kami melompat serampangan. Tapi sungguh yang terbetik dibenak kami waktu itu adalah bahwa Gus Dur, presiden kami, sedang menempuh jalan menuju cakrawala yang dicita-citakan pendahulunya, Pemimpin Besar kami, Bung Karno. Yaitu mengejar kemerdekaan yang bukan hanya label, tapi kemerdekaan hakiki bagi manusia-manusia Indonesia. Yaitu bahwa masalah-masalah bangsa ini hanya bisa dituntaskan apabila berbagai ketidakadilan dalam tata dunia yang mapan pun dapat diatasi. Yaitu bahwa dalam perjuangan semesta itu harus tergalang kerjasama diantara bangsa-bangsa tertindas menghadapi bangsa-bangsa penindas.
Hanya saja, Gus Dur mengikhtiarkan perjuangan itu dengan caranya sendiri. Bukan dengan agitasi politik, tapi dengan langkah-langkah taktis yang substansial, cara-cara yang selama karir politiknya sendiri memang menjadi andalannya. Yang bagi banyak orang terlihat sebagai kontroversi, bagi kami adalah cara cerdik beliau menyiasati pertarungan melawan kekuatan-kekuatan besar, baik di dalam negeri maupun diluar negeri, yang terlampau berat untuk ditabrak secara langsung dan terang-terangan. Hanya sayang, pahlawan kami ini bertempur ditengah sakit yang menderanya, seperti Panglima Besar Jendral Soedirman yang berperang di hutan-hutan gerilyanya. Sehingga banyak penyusup-penyusup yang berusaha memamfaatkan kelengahannya. Memamfaatkan kejujurannya untuk kepentingan kelompok mereka. Menjebaknya dalam skandal Bulog gate dan brunai gate yang akhirnya melengserkan Beliau dari kursi kepresidanan. Padahal sampai detik inipun tak ada bukti hukum yang menyatakan Gus Dur bersalah dalam kedua kasus tersebut.

Hadirin Hadirat yang kami hormati..

Saat beliau sakit keras sehingga harus melakukan cuci darah dua kali dalam sepekan, banyak orang yang bertanya-tanya dan mencemooh, mengapa orang tua yang sakit-sakitan ini tak mau berhenti saja dari dunia politik, beristirahat menghemat umurnya, ketimbang terus menerus ngotot seolah mencari-cari posisi atau populeritas. Saksikanlah, wahai anak-anak bangsa…, inilah orang yang terlalu mencintaimu, sehingga tak tahan walau sedetik pun meninggalkanmu. Inilah orang yang begitu yakin akan cita-citanya, sehingga rasa sakit macam apa pun tak akan bisa menghentikannya. Selama napas masih hilir-mudik di paru-parunya, selama detak masih berdenyut di jantungnya, selama hayat masih dikandung badannya Gus Dur tak akan pernah berhenti berjuang membela umatnya.
Kini Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyelimutkan kasih sayang paripurnanya untuk hambaNya yang mulia itu. Memperbolehkannya beristirahat dari dunia tempat ia mengais bekal akhiratnya. Semoga sesudah ini segera tercurah pula kasih sayang Allah untuk bangsa yang amat dicintainya ini, agar dapat beristirahat dari silang-semrawut nestapa rakyatnya. Selamat Jalan Gus Durku, selamat jalan pahlawanku…
Demikian sambutan yang dapat kami sampaikan, atas nama DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Majalengka, sebagai fasilitator acara ini, tentunya kami mengucapkan terimakasih kepada para masyayikh, para ulama, para sepuh pini sepuh, para pimpinan ormas dan organisasi partai politik, bapak-bapak dan ibu-ibu semua, atas kehadirannya di tempat ini. Semoga kita dapat melanjutkan perjuangan Gus Dur dalam mengabdi kepada agama, bangsa dan negara yang kita cintai ini…
Selanjutnya kami mohon dukungan dari para hadirin dan hadirat semua untuk mendesak kepada Pemerintah agar melakukan 2 (dua) hal, yaitu :
Mengukuhkan KH. Abdurrahman Wahid sebagai Pahlawan Nasional, mengingat jasa-jasa beliau terhadap negara ini tak terbantahkan oleh siapapun
Merehabilitasi nama baik beliau dari skandal bulog gate dan brunai gate, yang sampai detik ini tidak ada bukti hukum yang menyatakan beliau bersalah.
Merekomendasikan kepada PBB untuk menetapkan beliau sebagai peraih Nobel Perdamaian, mengingat kiprah beliau sangat dirasakan mamfaatnya dalam mendorong dan menciptakan perdamaian dunia.
Demikian, mohon maaf manakala ada kekurangan dan kekhilafan dalam penyelenggaraan acara ini.
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq
Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Moch. Nasir, S.Ag.
Ketua Dewan Tanfidz

:::Terimakasih telah membaca berita Sambutan Ketua DPC PKB Majalengka dalam Acara Renungan 7 hari Wafat Gus Dur silahkan baca berita terkait :::


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon